ADA 6 MODUS KECURANGAN UN




berdasarkan pengalaman, pengamatan dan sumber bacaan, ada sekitar 6 motif kecurangan yang kerap dipraktikan. Hal itu harus diperhatikan oleh pengawas.

Pertama, kiriman jawaban melalui SMS.
Ini merupakan motif yang paling ngetren dalam beberapa tahun terakhir meski membawa handphone ke dalam ruangan UN dilarang. Tetapi, berbagai media melaporkan motif ini merupakan bentuk kecurangan dalam UN yang cukup tinggi.

Kedua, hati-hati dengan tissu.
Pada umumnya benda ini digunakan untuk mengelap keringat. Tetapi, dalam pelaksanaan UN tissu kadang menjadi media untuk menulis jawaban dan dengan mudah dilipat untuk kemudian diedarkan. Kadang kala dalam ujian, tissu dipakai siswa untuk mengelap kotoran pada Lembar Jawaban Komputer (LJK), untuk hal ini tidak ada masalah. Jadi, jangan lagi ada jawaban di balik tissu! Ketiga, siswa keluar ke WC. Dengan alasan yang sangat manusiawi, sejumlah peserta UN kadang kala meminta izin kepada pengawas untuk ke WC. Namun, ini juga kadang dimanfaatkan untuk berbuat curang.

Konon ceritanya, di WC kadang kala tersimpan jawaban yang disiapkan orang tertentu. Nah, siswa yang ke WC tentu saja datang untuk mengambil jawaban yang terselip atau dituliskan di sana, jelasnya.

Keempat, catatan kecil.
Ini merupakan motif umum yang kerap digunakan oleh siswa dengan membuat catatan kecil dikertas yang kira-kira berukuran 5 x 10 cm yang berisi jawaban.

Kelima, menulis di anggota tubuh yang tersembunyi.
Di bagian-bagian tubuh yang sulit seringkali dijadikan media kecurangan dalam UN dengan menuliskan catatan tertentu atau jawaban yang dibuat orang tertentu.

Keenam, oknum tertentu yang nekad masuk ruangan UN.
Kalau yang ini kelihatan memang kurang masuk akal, tetapi dari pengakuan sejumlah pengawas UN tahun lalu, inilah yang terjadi. Pengawas masuk ke ruangan UN dan memberikan jawaban kepada siswa yang sedang mengikuti UN, tegasnya.

Lanjut, Profesor yang saat dihubungi sedang berada di kantor BSNP mengatakan semua kemungkinan bisa terjadi dan kecurangan dalam ujian disinyalir tidak hanya dilakukan siswa. Kecurangan ini kerap juga melibatkan oknum tidak bertanggung jawab lainnya.
Beredarnya kunci jawaban melalui SMS misalnya, tentu hal ini tidak dapat dilakukan oleh siswa saja. Mereka tentu mendapat SMS dari orang luar, mungkin guru, mungkin pembimbing les privat, dan lainnya.

Baginya lulus UN pasti menjadi dambaan setiap orang, baik siswa, guru, maupun orang tua. Tetapi, menghalalkan segala cara dan berbuat curang tidak akan membawa berkah bagi pelakunya. Oleh karena itu, menghadapi UN 2009 ini stop kecurangan dalam UN!.

Modus lainnya
Sementara itu, ada 3 peluang kecurangan lain yang harus dicermati para pengawas maupun pemantau UN.

Ketiga kemungkinan kecurangan tersebut dapat dilakukan oleh para pendidik maupun pimpinan sekolah yang khawatir siswanya tidak lulus UN, sehingga nekat mengambil jalan pintas untuk membantu siswanya. Pertama, pada saat hari 'H' pembagian soal diambil dari tempat penyimpanan soal kemudian dibawa ke sekolah.

Saat itu ada rentang waktu hingga soal tiba di sekolah. Rentang waktu itu digunakan oknum guru/kepala sekolah untuk mengerjakan soal yang diujikan. Saat ujian berlangsung, kunci jawaban dari soal yang telah dikerjakan disampaikan kepada siswa. Baik melalui SMS maupun trik-trik lain yang tak tercium.

Kedua, saat soal masuk ke kelas lalu dibagikan. Dalam Prosedur Operasi Standar (POS) jumlah soal yang terdapat di dalam paket amplop terdiri dari 20 lembar. Namun ada sekolah yang memang dengan sengaja mendesain jumlah peserta ujian perkelasnya tak sesuai POS. Ada yang 16,18, dan 19 siswa. Kemudian sisa soal sisa yang tak terbagi tersebut dibawa keluar dan dikerjakan oleh oknum guru/kepala sekolah. Selanjutnya kunci jawaban disampaikan kepada peserta melalui SMS dengan handphone yang distel tanpa nada dering dan getar atau dengan trik-trik lain yang tak tercium. Ketiga, soal UN yang disimpan di ruang kepala sekolah. Oleh oknum kepala sekolah salah satu soal diambil dan dikerjakan. Selanjutnya kunci jawaban disebarkan ke setiap ruang ujian.